Jumat, 27 Juni 2008

Politisi Banci Kota Padang

Padang, TIDAK terasa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Padang akan segera ditabuh, berbagai tahapan telah mulai dilaksanakan KPUD Padang sebagai penyelenggara Pilkada tersebut. Mulai dari pemutakhiran data pemilih, sampai akan dibukanya pendaftaran calon perseorangan pada 4 Juli mendatang.
Tapi, gebyar dan rasa keingintahuan masyaraklat terhadap siapa figur yang muncul masih sebatas omongan belaka, belum ada keberanian sang calon untuk menyatakan dia maju dan menebar visi dan misi si calon bersangkutan ke ranah publik.
Politisi banci, memang sedang melanda Padang jelang Pilkada tersebut, tak seperti daerah lain, yang jauh sebelum tahapan Pilkada daerahnya dilakukan, tebaran poster, baliho dan spanduk telah menyemarakan setiap sudut daerah itu, lihat di Jambi, Palembang atau daerah lain di Indonesia.
Ada apa di Padang, banyak analisis yang menyaksikan kurenah politikus lokal tersebut tersebut, misalnya ketakutan si calon jor-joran uang hanya sekedar mempublikasikan diri dan visi ke ranah publik, alasannya kepastian untuk diusung parpol, si calon masih meragukan. Atau yang agak bisa diterima akal sehat orang padang yakni cimeeh si padang, jika ada seorang calon berani mengusung publikasi diri ke ranah itu, justru dia menuai cimeehan publik.
"Alun apo-apolai lah sok manjanjikan nan indak ka mungkin," itu bisa mencuat di kedai-kedai tepat ranah publik mencurahkan uneg-unegnya.
Atau lebih parah lagi kalau tebaran spanduk dan baliho sudah di pasang, tahu-tahu gagal mendapatkan kendaraan politik, "liek lah sianu tu alun pasti alah sok-sok-an, akibatnya apa jadi calon di spanduk se lah inyo," itu sindiran lain yang akan muncul.
Antisipasi itu justru membuahkan politik wait and see, atau politik last minute tepat untuk mengantisipasi itu semua, sebut saja parpol besar yang mampu mengusung satu paket calonya, mereka lebih memilih diam dan lebih suka melakukan pergerakan underground.
"Bahaya kalau muncul, lalu isue tak sedap menerpa," itu omongan banyak elite politik di Padang.
Artinya apa, masyarakat baru akan bisa melihat figur calon berikut visinya, ketika si calon telah mendaftar ke KPUD pada 5-11 Agustus mendatang. Sebelum itu mungkin masyarakat masih mereka, kalau calon F, atau Dj, bahkan Y maupun H, visi dan misinya untuk Padang ke depan gimana. Tak ubahnya untuk kekinian masyarakat masih bak membeli kucing dalam karung. Ada sih yang berani mengatakan dia maju pada Pilkada, tapi itu justru terjadi pada kandidat perseorangan.
Namun masih bentuk spanduk dan visi serta misi singkat, misalnya Posko Calon Perseorangan H Mudrika atau Posko Imam, (Ibrihim -Murlis). Dari ocehan si padang, itu hanya sebuah kampanye untuk mempermudah mendapat dukungan masyarakat. "biaso tu untuk memudahkan mandapek fotocopy ktp,"oceh si padang yang lain.
Kalau budaya seperti ini diteruskan, maka tugas Panwaslu Pilkada Padang tertolong karena tidak perlu kerja keras untuk mencopot atau menurunkan atribut calon yang terpasang sebelum masuk masanya.
"Kalau mereka mendaftar artinya si calon bersangkutan telah mengerti dan setuju terhadap tahapan Pilkada Padang sendiri, maka masa kampanye ada waktunya, untuk itu mereka mesti patuh dan jangan coba pasang atribut dalam rangka sosialisasi diri setelah mendaftarkan diri ke KPUD, pasti kami tegur, turunkan atau copot,"ujar suara berkembang di Panwaslu Kota Padang.
Semua itu kembali berpulang kepada pemilih yang punya hak suara, siapa yang bakal pantas menjadi walikota dan wakil walikota Padang lima tahun kedepan.(adrianpress)

Tidak ada komentar: